RI Sampai Final, Perlu Belajar ke Tetangga
5 mins read

RI Sampai Final, Perlu Belajar ke Tetangga

Dari Forum dan Awards Pelayanan Publik PBB di Kintex, Seoul, Korea Selatan

Inovasi pemerintahan mendapat panggung di badan dunia PBB. Indonesia bisa ’’berbicara’’ dengan menempatkan lima finalis. Berikut laporan Rohman Budijanto dari The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) dari UNSP Forum di Seoul.

PIALA Dunia turut mengilhami acara para inovator pelayanan publik pemerintahan yang digelar PBB ini. Acara itu bernama 2014 United Nations Public Service (UNPS) Forum Day and Awards Ceremony di Kintex, Seoul, sejak Senin (23/7) hingga besok (26/7). Ilham itu muncul dari Piala Dunia pertama di Paris 1938. Kala itu diktator Mussolini mengirim kesebelasan Italia sambil menghardik: ’’Vincere o morire!’’ (menang atau mati). Italia akhirnya masuk final dan menang 4-2 atas Hungaria dan menjadi juara dunia pertama. Kiper Hungaria Antal Szabo berkomentar, ’’Saya memang kebobolan empat gol. Tapi, saya menyelamatkan 11 nyawa!’’

Peristiwa menggetarkan tersebut dikutip Max Everest-Phillips, direktur United Nations Development Programme (UNDP) Bidang Pusat Global untuk Pelayanan Publik Berkualitas. Dalam pengantar buku untuk memaparkan siapa pemenang award PBB untuk inovasi pelayanan publik pemerintah dari seluruh dunia, dia menekankan fair play. Seperti dalam sepak bola, kemenangan itu penting. Tetapi, proses permainan itu tidak kalah penting. Terimbas kemeriahan Piala Dunia, dia menyebut UNPS Awards Ke-11 kali ini sebagai ’’peringatan tahunan atas fair play yang unik’’.

UNPS Award tersebut diadakan sejak 2003. Tahun ini Indonesia berhasil meloloskan lima inovasi dari lima daerah untuk sampai ke final. Yakni, termasuk dalam 70 di antara 704 nomine dari 80 negara. ’’Cukup membanggakan. Baru tahun ini ada unit pelayanan publik Indonesia yang masuk final. Sebelumnya hanya sampai penyisihan,’’ kata Mirawati Sudjono, deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB).

Lima finalis itu adalah (1) Pelayanan Kemitraan Dukun Beranak dalam Menanggulangi Kematian Ibu Melahirkan dan Anak di Kabupaten Aceh Singkil; (2) Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan atau UPIK Kota Jogjakarta; (3) Pelayanan Kartu Insentif Anak (KIA) Surakarta; (4) Pelayanan Terpadu Perizinan Kabupaten Barru, Sulsel; dan (5) Pelayanan Distribusi Guru Proporsional di Kabupaten Luwu Utara, Sulsel. Para finalis itu diasistensi Kemen PAN-RB serta lembaga donor Kinerja USAID. (Baca: Dukun Bayi ke Award PBB, Akuntabilitas, 17 Juni, halaman 2 Jawa Pos atau di www.jpipnetwork.id)

Ini merupakan capaian baru. Biasanya selama ini level penghargaan untuk daerah berasal dari pemerintah provinsi atau pemerintah pusat serta lembaga-lembaga non pemerintah, termasuk Otonomi Awards JPIP sejak 2002. Kini inovasi-inovasi pemerintah daerah yang kreatif diakui di level dunia. UNPS Awards juga bertujuan menyemangati lahirnya terobosan pelayanan publik, membesarkan hati aparat pemerintahan, serta membangun kepercayaan publik. Karena itulah, penilaian award tersebut ditekankan pada fair play.

Empat kategori yang dilombakan adalah (1) perbaikan pelayanan publik; (2) memperkuat partisipasi publik dalam pengambilan keputusan lewat mekanisme inovasi; (3) mempromosikan pendekatan pemerintahan menyeluruh (lintas sektoral) pada era informasi; serta (4) mempromosikan responsif gender dalam pelayanan publik. Para finalis Indonesia masuk dalam kategori pelayanan publik.

Siapa para pemenangnya? Pemenang kategori 1 wilayah Afrika adalah Afrika Selatan (juara) dan Kamerun (runner-up). Untuk Asia-Pasifik, pemenangnya adalah Singapura (tanpa runner-up). Wilayah Eropa: Austria dan Spanyol. Wilayah Asia Barat: Turki dan Bahrain. Sebagai contoh, Singapura menang dalam kategori inovasi pelayanan kesehatan dengan memperlakukan para orang sepuh dengan pelayanan yang lebih memperhatikan kepentingan mereka. Yakni, membangun community nurses (CNs) sebagai kontak tunggal pelayanan untuk membangun kepercayaan antara petugas kesehatan dan pasien di rumah.

Pemenang kategori 2 (partisipasi publik) untuk level Asia-Pasifik adalah Thailand dan Korea Selatan. Untuk Amerika Latin dan Karibia, yang menang adalah Brasil. Thailand berhasil menggondol juara dengan inovasi penanganan malaria di Distrik (Kabupaten) Song Yang. Yakni, mengintegrasikan jaringan dan partisipasi masyarakat dalam penyakit yang disebabkan nyamuk itu sehingga pencegahan dan penyembuhannya lebih efektif serta hemat waktu.

Pemenang kategori 3 (pendekatan lintas sektoral pemerintah) untuk level Asia-Pasifik adalah Korea Selatan dan India, sedangkan untuk Amerika Latin dan Karibia adalah Uruguay serta Brasil. Untuk Asia Barat, pemenangnya adalah Bahrain. Inovasi Korsel yang menang menyangkut The Social Security Information System (SSIS). Itu merupakan instrumen negara kesejahteraan, yakni membangun sistem antara 2009–2013 untuk mengelola informasi atas 14 juta penerima fasilitas kesejahteraan (penduduk Korsel total sekitar 50 juta jiwa). Sistem tersebut mengelola informasi pembayaran dari 292 sistem di 17 kementerian. Lintas sektoral dikompakkan.

Untuk kategori 4 (responsif gender dalam pelayanan publik), yang menang di Afrika adalah Maroko. Di Asia Pasifik, yang menang adalah Thailand lagi. Di Amerika Latin dan Karibia, pemenangnya adalah Brasil. Untuk Asia Barat, pemenangnya adalah Oman. Sebagai pelajaran, Thailand menang dengan ajuan One Stop Crisis Center di Khon Dae Hospital. Inisiatif rumah sakit itu terfokus pada penanganan kepada perempuan dan remaja putri yang menjadi korban kekerasan, termasuk korban kehamilan yang tidak dikehendaki. Pendekatan dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan para petugas yang berkompeten hingga petugas hukum. RS Khon Dae telah 14 tahun konsisten peduli kepada perempuan menderita itu.

Rasanya, inovasi-inovasi pemenang tersebut layak dijadikan pelajaran, termasuk bagaimana mengemasnya saat diajukan sebagai nomine ke UNPS Awards. Karena itu, dengan fair play, mereka bisa ’’gol’’ sebagai inovasi unggulan dunia. (www.jpipnetwork.id)

Arsip PDF :