Ada Kematian Persalinan, Tim Audit Turun
Kota Surabaya, Peraih Otonomi Awards Kategori Khusus Layanan Kesehatan
Kota Surabaya, yang menghijau dan gemerlap, tetap memperhatikan warganya yang duafa. Mereka dipantau khusus, terutama ketika hamil. Ikhtiar menjaga nyawa ibu dan bayinya. Berikut paparan Taufik Akbar dari JPIP.
ROCHIMAH mendapat perhatian isti mewa. Satuan tugas Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Penakib) Kota Surabaya memantau khusus ibu hamil berusia 45 tahun ter sebut. Bersama kader kesehatan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi (ris ti), satgas mendampingi warga Kejawan Putih, Mulyorejo, itu. Sehari-hari Rochimah adalah ibu rumah tangga, sedangkan suaminya pekerja serabutan.
”Beliau hamil anak kesebelas,” kata dr Riana Restuti, kepala Puskesmas Mulyorejo, kepada peneliti JPIP Oktober lalu. Sejak hamil anak kelima, Rochimah dapat perhatian khusus. Apalagi, dia pernah mengalami keguguran sekali. Rupanya, Rochimah sulit ber-KB.
Secara berkala, kesehatan ibu bersahaja itu dipantau. Seminggu sekali petugas penakib atau kader kesehatan mengunjungi rumahnya. Dia diberi tambahan makanan dan susu. Kader kesehatan sudah siaga apabila Rochimah akan melahirkan. Semua sudah disiapkan di puskesmas, bahkan siap juga bila harus dirujuk ke RSU dr Soetomo.
Pemantauan spesial ibu duafa yang hamil tersebut merupakan ikhtiar kebajikan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi (AKI-AKB). Sebanyak 200 kader kesehatan memantau ibu hamil risiko tinggi di Mulyorejo. Mereka berasal dari aktivis posyandu, PKK, serta aparat kelurahan dan kecamatan.
Bukan hanya pendampingan yang di lakukan Puskesmas Mulyorejo terkait penurunan AKI dan AKB. Dinkes Surabaya menjadikan puskesmas itu sebagai pilot project penyediaan poliklinik pre-eklamsia. ”Biasanya poliklinik tersebut berada di rumah sakit,” tutur dr Riana Restuti.
Sinergi dengan pemerintahan kecamatan turut membantu kebajikan pengurangan AKI-AKB tersebut. Secara konkret, Camat Mulyorejo Syafik meneken Keputusan Camat tentang Pembentukan Tim Program Percepatan Penakib. ”Kami tak boleh berpangku tangan,” kata Syafik.
Keberhasilan ini terbaca dalam Profil kesehatan Surabaya, pada 2012 AKI dan AKB sebesar 144,64 per 100.000 kelahiran hidup dan 7,66 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara itu, pada 2013, AKI sebesar 119,15 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 6,18 per 1.000 kelahiran hidup.
Seiring pelaksanaan misi millennium development goals (MDGs), Wali Kota Tri Rismaharini memang lebih gencar melakukan upaya menekan AKI-AKB pada 2012. Risma mengeluarkan Keputusan Wali Kota Surabaya Tahun 2012 tentang Tim Penakib. Kerja tim ini tidak hanya melacak kematian ke rumah sakit dan rumah sakit bersalin, namun sampai pada pembahasan detail kasus kematian ibu dan bayi.
Penakib Kota Surabaya tergolong spesial, berbeda dengan daerah lainnya. Sebab, tidak hanya di level Dinkes Surabaya, untuk melacak kematian, tim ini memiliki satuan tugas (satgas) penakib. Sebagaimana disebut di atas, satgas penakib bekerja sama dengan kader pendeteksi ibu hamil risti.
”Satgas ini hanya dimiliki Kota Surabaya yang tersebar di 62 puskesmas. Bahkan, Kementerian Kesehatan belum memiliki program yang serupa ini,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Febri Rachmanita kepada peneliti JPIP belum lama ini.
Dinkes juga menggandeng Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi). Ini melibatkan 52 RS di Surabaya dalam mendukung upaya penurunan AKI dan AKB melalui 10 langkah. Mulai penyediaan poliklinik pre-eklamsia, pemindaian pre-eklamsia, hingga partisipasi rumah sakit dalam audit morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian).
Bukan hanya itu, manakala ditemukan kasus kematian ibu dan anak, dengan gerak cepat tanggap, dinkes bersama tim audit maternal perinatal langsung turun tangan. Mereka memastikan serta mengkaji letak kegagalan sistem dan program yang tidak dapat mencegah kematian. Mencegah pengulangan kegagalan yang sama. ”Agar jadi pelajaran ke depan,” kata Febri.
Keberhasilan menurunkan AKI-AKB Kota Surabaya itu melengkapi capaian angka harapan hidup (AHH). Surabaya masuk 10 besar teratas di Jawa Timur berdasar ukuran AHH. Data BPS Jawa Timur 2013 menunjukkan, AHH Kota Surabaya itu mencapai 71,72 tahun. Yang tertinggi adalah Kota Blitar dengan 72,99 tahun; Kabupaten Trenggalek 72,30 tahun; Kota Mojokerto 72,13 tahun, lalu Tulungagung 72,09 tahun. Sementara itu, angka AHH Jawa Timur 70,19 tahun.
Selain makin rendahnya AKI-AKB, tingginya AHH Kota Surabaya di pengaruhi jumlah kasus gizi buruk yang semakin kecil. Bank data dinkes menyebutkan, mulai 2010 sampai 2013, persentase gizi buruk terus turun. Pada 2012, persentase gizi buruk sebesar 0,38 persen, sedangkan pada 2013 angkanya turun menjadi 0,27 persen. Cukup signifikan.
Sebagai upaya makin menekan angka gizi buruk, dinkes juga melakukan upaya berupa perawatan dan pendampingan makan bagi balita gizi buruk. Bill khusus kepada keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi di metropolis ini. (www.jpipnetwork.id)
OA Tuntas, Terima Kasih
SERIAL laporan pemenang Otonomi Awards (OA) 2014 hari ini merupakan yang terakhir. Seluruhnya, ada kisah sukses inovasi 16 kabupaten/kota. Pialanya berjumlah 19, tetapi yang tiga merupakan pemenang grand category atau piala emas. Pemenang emas berasal dari pemenang piala perak yang terobosannya paling unggul. Yakni Banyuwangi (kinerja politik transparansi anggaran), Pacitan (pelayanan publik), dan Kota Mojokerto (pembangunan ekonomi).
Sebagai pengingat, peneliti JPIP berkolaborasi dengan tim statistika ITS menentukan daerah pemenang berdasar bobot nilai yang berbeda, bergantung kategorinya. Pakemnya, ino vasi minimal 30 persen, data eksisting maksimal 30 persen, serta survei publik maksimal 30 persen. Dalam rapat pleno, setiap peneliti memberi skor nilai inovasi. Lalu direrata dan dijumlah dengan nilai survei publik serta data eksisting. Dari situ dibuat ranking-nya. Peringkat pertama adalah pemenang dan empat di bawahnya adalah nominees.
Namun, ada yang tidak menggunakan data eksisting, yakni dalam kategori kesinambungan inovasi. ”Nominees” kategori ini adalah para pemenang OA sejak 2004. Kami menitikberatkan penilaian pada kondisi sekarang inovasi pemenang itu. Terus berlanjutkah. Publik masih merasakan manfaatnyakah. Tidak kami sertakan statistik data eksisting karena sudah terhitung pada saat memperoleh award kali pertama.
Karena itu pula kami tidak me-ranking pemenang kesinambungan inovasi. Sebab, tak setiap kabupaten/kota pernah menang di masing-masing kategori. Kami hanya menceritakan bagaimana kondisi aktual inovasi yang pernah menang itu, yakni Kabupaten Malang (kinerja politik transparansi anggaran), Jember (pembangunan ekonomi), dan Lumajang (pelayanan publik).
Seluruh derah pemenang memperoleh kehormatan naik ke panggung malam puncak OA 2014 di Empire Palace Surabaya (26/11). Yang menyerahkan piala Mendagri Tjahjo Kumolo, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi, Gubernur Jatim Soekarwo, Deputi Menteri LH M.R. Karliansyah, Konjen AS di Surabaya Joaquin Monserrate, serta pendiri The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) Dahlan Iskan. Siangnya diadakan seminar bertema kesinambungan inovasi dengan pembicara Dahlan Iskan, Soekarwo, Karliansyah, dan Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah.
Acara ini didukung Jawa Pos, JTV, Kementerian LH-Kehutanan, Dinkes Jatim, USAID-Kinerja, Bank Jatim, Pelindo III, Honda Surabaya Center, Honda MPM, Semen Indonesia, CitraLand, serta PGN. JPIP mengucapkan terima kasih kepada para bupati/wali kota, para pejabat, undangan, peserta seminar, semua pendukung dan kritikus acara, serta para sponsor. Selamat menyinambungkan inovasi demi membuat rakyat lebih cepat sejahtera. (Rohman Budijanto/www.jpipnetwork.id)
Arsip PDF :